Kilastimur.com – Makassar – Di tengah derasnya arus modernisasi dan gempuran budaya global, sejumlah tokoh muda Makassar justru melahirkan sebuah komunitas yang berakar pada kearifan lokal. Mereka menamakan dirinya Kontu Tojeng Community, sebuah wadah yang lahir dari semangat menjaga budaya sekaligus memperkuat silaturahim.
Kontu Tojeng Community berpusat di Jalan Dg. Tata 3 lorong 2 Makassar, yang juga menjadi kediaman ketuanya, Abdhy Dg. Malleo. Bersama dua sahabatnya, Dg. Rate dan Dg. Ngawing, ia mendirikan komunitas ini dengan tekad untuk menghidupkan kembali nilai-nilai adat, seni, dan budaya khas Makassar, terutama bagi generasi muda yang kerap tergerus oleh tren instan.
Menurut Abdhy, kata Kontu Tojeng bukan sekadar nama, melainkan memiliki makna filosofis yang mendalam. “Kontu Tojeng berarti berdiri di atas kebenaran. Bagi kami, itu menjadi prinsip hidup yang senantiasa diiringi proses pembelajaran dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, Allah SWT,” jelasnya saat diwawancarai KLTV Indonesia.
Selain melestarikan budaya, komunitas ini juga berfungsi sebagai ruang kebersamaan. Silaturahim antar anggota diperkuat, solidaritas dipupuk, dan nilai persaudaraan dijadikan fondasi.
“Kami ingin generasi milenial tetap bisa mengenal jati dirinya, tidak tercerabut dari akar adat dan budaya sendiri,” tambah Abdhy.
Untuk menjaga arah dan keberlangsungan komunitas, struktur organisasi pun dibangun dengan rapi. Sejumlah tokoh ikut serta, seperti M. Dg. Jufri, Dg. Liwang, dan Dg. Tantu yang dipercaya sebagai penasehat. Sementara itu, BPK Fachrul Mujahid, BPK Sirajuddin, dan Dg. Iwan (Ketua Laskar99Bwkr DPD Jeneponto) turut berperan sebagai pembina. Adapun sekretariat komunitas berada di Jl. Dg. Tata 3, Lorong 2.
Kehadiran Kontu Tojeng Community mendapat sambutan positif dari masyarakat sekitar. Banyak warga yang menilai langkah ini penting untuk memperkenalkan budaya lokal dengan cara yang kreatif sekaligus relevan bagi generasi kini. “Anak muda sekarang butuh wadah yang tidak hanya menghibur, tapi juga mendidik. Dan Kontu Tojeng bisa menjadi salah satu solusinya,” ujar seorang tokoh masyarakat setempat.
Dengan Berdirinya Komunitas Budaya ini dengan mengusung Struktur sebagai Berikut:
Ketua : Abdhy Dg. MaLLeo
Wakil ketua I : Dg.Rate Debus
Wakil ketua II : Anto Dg.Pasolle
Sekretaris I : Adzar Nur
Sekretaris II : Arman
Bendahara I : Om Dicky
Bendahara II : Dg Nai
Humas I : Dg.Liwang
Humas II : Dg.Ngerang
Kadiv Seni & Budaya : Dandi Mappasibali
Wakadiv seni & budaya : Sahar
Kadiv Pallaki (Punggawa) : Igo Dg.Tata
Wakadiv : Supriadi Dg.nanga
Anggota :
Karaeng Emba
Erwin Dg.Ngalle
Nasrullah Dg.Ngawing
Ilham Dg.Sijaya
Instruktur :
Dg.Podding (Rambu Putih)
Dg.Tantu
Zaenal Khan
Advokat : Pak Eka Saputra
Kadiv Media : Rusli Dg.Ramma
Kerohanian :
Dg.Tantu
Lebih dari sekadar komunitas, Kontu Tojeng menjadi simbol bahwa budaya Makassar tetap hidup dan berkembang. Filosofi kebenaran yang diusung menjadi pondasi moral, sementara solidaritas menjadi roh yang mengikat setiap anggota. Di tengah dunia yang terus berubah, mereka memilih berdiri tegak dengan identitasnya sendiri: berdiri di atas kebenaran, dengan jiwa kebersamaan.
Editor: Andhis Hamzah