Kilastimur.com – Bulukumba – Malam yang tenang di Jalan Cumi-Cumi, Kelurahan Ela-Ela, Kecamatan Ujung Bulu, mendadak berubah menjadi medan kekacauan. Empat pemuda yang tengah duduk santai di pekarangan rumah diserang secara brutal oleh puluhan orang tak dikenal. Insiden ini terjadi pada Selasa malam, 15 April 2025, sekitar pukul 21.00 WITA.
Saat itu, Muhammad Asdar, Arham, Abbas, dan Syarif sedang menikmati kopi dan kue sembari berbincang santai di pekarangan. Sebuah mobil Kijang milik orang tua salah satu dari mereka terparkir tak jauh dari tempat duduk. Suasana akrab berubah mencekam ketika sekelompok orang datang dan langsung melancarkan serangan tanpa peringatan.
“Jumlahnya sekitar tiga puluh orang, datang mendadak dan langsung mengamuk. Kami bahkan tidak tahu apa penyebabnya,” ujar Muhammad Asdar kepada wartawan dengan wajah masih syok.
Abbas dan Syarif, saksi sekaligus korban dalam kejadian ini, membenarkan bahwa mereka diserang saat sedang santai. “Kami berempat duduk minum kopi, makan kue. Tiba-tiba, datang gerombolan orang menyerang. Gelas dilempar, meja dibanting, bahkan kaca depan mobil orang tua kami pecah kena lemparan gelas kaca,” tutur Abbas.
Muhammad Asdar, yang diketahui sebagai anggota komunitas Daihatsu Feroza Indonesia (DFI) Nusantara Chapter Bulukumba, mengaku nyaris terkena lemparan saat mencoba menghindar.
Menurut pengakuan para korban, penyerangan ini diduga dipicu oleh kesalahpahaman yang berawal dari obrolan santai. Saat itu, mereka tengah membahas kabar tanah longsor di Morowali dan menyebut soal maraknya wanita pekerja seks (BO) di sana, yang menjadi topik pembicaraan umum di media sosial dan grup percakapan.
Namun, tanpa disadari, seorang perempuan melintas tidak jauh dari lokasi dan tampaknya mendengar sebagian obrolan tersebut. Diduga merasa tersinggung, ia berteriak keras: “Talaso nu semua! Nukiraka perempuan BO ka?!” lalu berlari sambil menangis ke arah rumahnya.
“Cuma selisih lima menit, puluhan orang datang menyerbu. Kami kaget, seolah-olah sedang menghadapi kasus pembunuhan. Banyak sekali orang yang tiba-tiba muncul,” ujar Abbas.
Hingga kini, belum ada keterangan resmi dari pihak kepolisian terkait identitas para penyerang maupun motif pastinya. Warga berharap pihak berwenang segera mengambil tindakan sebelum situasi makin memanas.
Kejadian ini menjadi pengingat bahwa di era digital sekalipun, satu kalimat bisa memicu ledakan emosi massa. Dan di Bulukumba malam itu, obrolan ringan berakhir dalam kaca pecah dan teror yang membekas.
LP : Gw