Kilastimur.com – Bulukumba – Dunia pendidikan di Kabupaten Bulukumba kembali tercoreng. Kasus kekerasan di lingkungan sekolah mencuat setelah seorang siswi SMA Negeri 5 Kajang, NP, menjadi korban penganiayaan di dalam ruang kelas pada Jumat, 9 Mei 2025. Insiden ini memantik keprihatinan publik dan gelombang desakan agar pihak berwenang bertindak tegas.
NP harus dilarikan ke Puskesmas Kajang setelah mengalami luka di kepala, sakit perut, dan nyeri di dada, akibat pemukulan yang diduga terjadi karena lemahnya pengawasan guru di kelas.
Orang tua korban, HR, mengungkapkan kekecewaannya saat dikonfirmasi Mabesnews.
“Anak saya dipukul hingga mengalami luka di kepala dan nyeri di bagian perut serta dada. Saat ini dia masih menjalani perawatan di Puskesmas Kajang,” ujarnya dengan nada kecewa.
Peristiwa ini menuai sorotan tajam dari Lembaga Gerakan Intelektual Satu Komando (GISK). Ketua Satuan Komando Badan Investigasi Nasional GISK, Syaharuddin, menegaskan perlunya langkah tegas dari pihak sekolah dan Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan.
“Untuk menjamin keamanan dan kenyamanan siswa lainnya, kami mendesak pelaku penganiayaan dikeluarkan dari sekolah. Kami juga meminta Dinas Pendidikan memperketat pengawasan di SMA Negeri 5 Kajang agar kejadian serupa tidak terulang,” tegasnya.
Kasus ini telah resmi dilaporkan ke Polres Bulukumba. Proses hukum kini tengah berjalan untuk memastikan perlindungan hukum bagi korban.
Sementara itu, Kepala SMA Negeri 5 Kajang, Amran, saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon, membenarkan adanya insiden tersebut. Namun ia menegaskan bahwa peristiwa itu merupakan perkelahian antar siswa, bukan murni penganiayaan.
“Memang ada kejadian, tapi itu perkelahian, bukan penganiayaan. Saat ini kasusnya sudah ditangani pihak kepolisian dan kedua belah pihak juga sudah saling melapor,” jelas Amran.
Kasus ini kembali menjadi pengingat serius bagi dunia pendidikan akan pentingnya menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan kondusif bagi para siswa.
LP : Gw